Senin, 26 Desember 2016

Duniaku

Aku dipermainkan selayaknya orang bodoh olehmu.

Tekadku menghantarkan aku keluar dari pengaruh lingkunganku. Aku mengisolasi diriku dengan hal-hal yang aku anggap tidak sejalan dengan pikiranku. Aku menginggalkamu dengan harapan dan pandangan yang sama denganku.

Saat aku kembali, semua terlihat sama.
Mataku melihat tiada setitikpun noda di tubuhmu.

Saat orang menghujatmu, aku percaya dengan mataku.
Kamu tidak pernah salah.

Tapi sebuah bisikan nyata membuka mataku lebar-lebar.
Matamu melukiskan semua.

Kamu mempermainkanku.
Entah apa yang ada dipikiranku.
Gambaran dirimu di kepalaku seakan hancur.
Menimbulkan sepercik kebencian yang nyatanya sulit untuk diperbaiki kembali.

Berpura-puralah semua baik-baik saja.
Tapi aku tidak.
Semua tidak pernah akan sama lagi.

Aku akan benar-benar berhenti mengejarmu, menarikmu kembali ketempatmu, bersamaku.

Karna duniamu tidak lagi duniaku.

Senin, 28 November 2016

Tues, Nov 29 2016

I'm to tired to do something,

Mon, Nov 28 2016

Bagaimana bisa aku berpaling darimu?

Satu lontaraan kata sayangmu saja

Sudah membuatku melambung ke udara

Bagaimana jika aku sungguh-sungguh bisa mendengar suara hatimu?

Kamis, 24 November 2016

Fri, Nov 25 2016

She want to be known.
She need an affection.
She doesn't want miss a little thing.
She need an acceptance.
She doesn't want to be defeated.
She always think that she is better.

And she doesn't know what she left behind.

Jumat, 04 November 2016

Fri, Nov 4 2016

Genggam tanganmu tak senyaman dahulu

Tuturmu tak semanis dahulu

Gurat wajahmu tak selugu dahulu

Gerak tubuhmu tak seindah dahulu

Gelak tawamu tak serenyah dahulu

Isak tangismu tak semerdu dahulu

Gontai langkahmu tak seharmonis dahulu

Kini maumu bukan lagi aku.

Senin, 24 Oktober 2016

Mon, Oct 24 2016

Apa ini yang orang bilang dari 0 hingga 100?

Semakin lama semakin menjadi-jadi.

Apa ini yang orang bilang rindu?

Semakin lama semakin menyesakkan dada.

Apa ini yang orang bilang cemburu?

Semakin diingat semakin menyiksa.

Aku sudah tau ini sebelumnya, tapi sekarang kenapa rasa itu begitu menggila.

Senin, 10 Oktober 2016

Minggu, 09 Oktober 2016

Sun, Oct 9 2016

Bahagia?

Tolak ukur suatu kebahagian itu relatif

Bahagia tidak memiliki sebab yang mewah untuk membuat orang tersenyum.

Karna bahagia punya cara sendiri untuk membahagiakan orang.

Dan aku memilih menyimpan kebahagianku, karna bahagiaku dan bahagiamu berbeda.

Kamis, 06 Oktober 2016

Fri, Oct 7 2016

I listened to your music this morning,

It takes my memory back when you sang these song with shame.

Senin, 03 Oktober 2016

Tue, Oct 4 2016

I remembered our first "date"

We talked about so many random things.

Memorie takes me back un that time.

Kamis, 22 September 2016

Thurs, Sept 22 2016

Apakah kamu pernah terlelap bersama bukumu?

Aku pernah, dulu sekali
Hingga aku lupa bagaimana lantunan katanya bersenandung saat aku terjaga di tengah gelapnya malam
Membantuku kembali terlelap.

Tidakkah kamu tahu, bukuku selalu menjagaku agar tetap barada di ruang imajinasiku.

Kembali, perlahan kakiku kembali menujumuu.

Selasa, 13 September 2016

Teu, Sept 13 2016

Today my 'lakik' was going to jogja.

I just wanna say that
Thanks for your time.
Its has been a month.

But it felt so fast.

Hope you'll be missing me like I miss you.

Jumat, 09 September 2016

My post

You want me to upload your photo on my instagram

You said that I didn't post your photo, i always posted views and something i like.

Don't you know babe, you are always capture on my eyes.

And it uploaded in my head and my heart. ♡

Minggu, 04 September 2016

Stop to

You is enough .

I'm sure to stop looking for since i met you.

You all i need indeed.

Sabtu, 03 September 2016

What else?

When eye speaks
Only heart can understand

That's what i've got since you were here

Senin, 25 Juli 2016

What i should say actually?

My tear have fallen before because i was missing you.

But today, my tear falls for the first time just because I'm too afraid fo losing you.

And missing you.

Minggu, 10 Juli 2016

Hope too much

Berharap terlalu banyak.
Ya, kau tau itu memang benar- benar menyakitkan bila apa yang kita harapkan tidak tercapai sesuai dengan kemauan kita.

Aku menggenggam kata-kata itu dengan erat.
Karna aku tahu, rasa kecewa benar-benar menyiksa.

Kini, memahami dan mengakui itu sangatlah sulit bagiku.
Aku berangan-angan terlalu tinggi jika mengingatmu.
Khayalanku melewati batas garis 'berharap terlalu banyak'.

Kali ini aku tak ingin gagal.
Apakah aku salah jika sekarang aku berharap terlalu banyak kepadamu?

Pikiran ini berkali-kali menamparku.
Aku tak ingin khayalanku tak sama dengan inginku.
Tapi bagaimana?
Bagaimana?

Genggaman tanganmu saja masih terasa.
Aku bisa apa jika bukan berharap inginku menjadi nyata.

Masa Lalu


Masa lalu
Memori yang akan selalu ada sekalipun kalian tidak mengakuinya.
Aku, kamu, dia, mereka punya apa yang disebut dengan masa lalu.

Aku bak dihantui olehnya.
Aku pun tau kalian pun juga.

Aku memutuskan untuk berdiri sendiri kala itu.
Aku bosan dengan jalinan kasih yang tak jua indah.
Berharap menemukan orang yang bisa membawaku menembus awan.

Apakah dia ada?

Bagaimana aku bisa hadir di kehidupan dia yang masa lalunya tak bisa dia lupakan.

Kenangan akan mengingatkan mereka tentang indahnya jalinan kasih mereka.
Aku merasa aku tak bisa memasuki dunia orang lain yang dulunya begitu indah.

Hati ini terlalu letih untuk bermain-main dengan waktu.

Apakah aku harus menjadi spesial? Hingga aku bisa membuat dia melupakan masa lalunya?

Bukan, bukan itu.
Aku tak sepandai itu.

Dan kamu.
Kamu hadir disela kepasrahanku.
Menerimaku tanpa mengingat jalin kasihmu yang dulu.
Dan kamu membuatku merasa 'spesial'.

Selasa, 31 Mei 2016

Kamu dan Aku



Tiada terasa
Kamu dan aku kini sudah berkepala dua

Saat kita masih belum jelas bicara 
Kamu dan aku telah bertemu
Bermain apa saja yang ingin kit inginkan

Berkelahi? 
Tidak, kita tidak pernah merasakan itu

Kamu ingat?
Waktu itu saat Lebaran di rumah nenekku
Kita membangun sebuah pondok buat kita berdua
Pulang sekolah adalah waktu terbaik bagi kita
Duduk bersama melahap es lilin nenekku

Ahh...kalau diingat
Aku ingin kembali
Merasakan hari-hari tanpa beban seperti dulu 

Kamu dan aku sekarang sudah dewasa
Ikatan yang kita jalin dahulu
Sungguh kuat

Gelak tawa yang kubagi bersamamu
Cerita lucu yang kamu berikan padaku
Kita memiliki itu.

Kamu tahu mengapa kita sampai saat ini masih bersama?

Karna kamu dan aku merasakan rasa sakit yang sama

Karna kamu dan aku berbagi rasa sakit yang sama

Karna kamu dan aku menghindari rasa sakit yang sama

Karna kamu dan aku berpura-pura melupakan rasa sakit yang sama


Peluk eratmu membuatku kuat
Begitu pula kamu

Rasa sakit itu menjadikan kita saling membutuhkan satu sama lain

Selasa, 17 Mei 2016

THE WAY I DO



Kamu.

Aku yakin dan terus meyakinkan diriku bahwa kamu
Memang kamu
Yang bisa membuatku benar-benar menjadi diriku sendiri.

Belum pernah sebelumnya aku melakukan hal sederhana itu tanpa rasa malu.
Aku ini pemalu ketahuilah.
Kututupi rasa malu ini dengan tertawa.

Mungkin kita belum benar-benar belum mengetahui siapa yang sebenarnya hidup dibalik topeng kita masing-masing.
Dan pertemuan kita yang bisa dibilang singkat kala itu.
Aku menemukan banyak hal yang bukan membuatku merasa benci kepadamu.
Justru rasa itu semakin menjadi-jadi.

Jika kita bertemu sebelum ini aku rasa kita tidak akan senyaman ini bersama. 
Aku belum banyak belajar tentang rasa sabar, tentang bagaimana harus berkata jujur, tentang bagaimana cara memahami sesorang, tentang bagaimana mengahadapi orang lain.
Begitu pula kamu.

Aku bersyukur we're in relationship.
And each of us found what does sense of comfort means.

Stay that way.



PS : It's so hard to me to say that words.
But, just look at my way to you. 
Don't assume, that's really me

Deepest Relationship



Dalam hal ini aku menyerah.
Aku tak mau lagi bertahan.
Aku tak mau lagi berjuang demi akhir yang aku yakini tidak seindah yang kita pikirkan (dahulu).

Sejenak aku berpikir,
Untuk apa aku membuatmu bertahan
di situasi yang sangat membuatmu merasa tidak nyaman ?

Aku tidak mau mengakui bahwa aku salah, 
Dan kamu juga tidak mau berkata jujur kepadaku saat itu.
Tidak, aku rasa sudah sedari dulu kamu tidak mau mengatakan sejujurnya kepadaku.
Kamu hanya menjadi apa yang ingin aku lihat, jika kamu bersamaku.

Apa yang sudah kita lalui ini tidak sedangkal itu,
Aku dan kamu sudah terlalu lama terikat bersama
Aku dan kamu selalu sepakat kepada hal yang mungkin sama bodohnya dengan kita.

Kamu pernah berkata padaku "Aku tidak bisa berbohong di depanmu"
Aku percaya itu. Aku mempercayai kebohonganmu.
Apa aku terlalu bodoh sehingga selalu mempercayai kebohonganmu demi memintamu bertahan menguatkanku ?

Jujur saja, I noticed but I don't say much. Aku mengetahui apa yang kamu rasakan.
Hanya saja aku tak mau mengakuinya.
Kamu tahu? Aku sangat ahli dalam hal ini.
Tapi tidak untukmu.
Saat hal ini terjadi antara aku dan kamu.
Rasanya sungguh menyakitkan.

Pikiranku selalu berlari, tak ingin kamu mendekat.
Tapi apa daya, kamu selalu datang. Datang dan membuatku terpaksa berpikir.
Dan merasakan rasa bersalah itu.

Aku yakin kita tidak memiliki akhir yang indah.
Dan kalaupun kita terus bersama.
Akhir tentang kita tidak akan pernah indah jua.
Mengapa?
Kamu akan menemukan orang lain yang akan menjadi tempatmu mencurahkan isi hatimu.
Setiap hari tanpa batasan waktu, tempat dan jarak. 
Tidak seperti kita.
Yang terbatas oleh itu semua.
Aku rasa hatimu kepadaku semakin keruh.
Aku tidak akan bisa lagi menjadi tempatmu mengadu, karna akupun sudah menemukan tempatku.

Bila kamu masih terpaku pada khyalanmu, maka kembalilah.
Aku nyata.
Apa yang aku katakan ini bukan apa yang ini kamu dengar.
Tapi nyata (pula).

Dan dengan adanya kesalahpahaman kita ini, aku rasa aku sudah merelakanmu.
Kita tidak bisa bahagia bersama, kamu dan aku memiliki kebahagian berbeda.
Walaupun aku ingin kamu memahami aku, dan begitu pula aku.
Tapi apa guna bila dari awal kita tidak berkata jujur mengenai apa yang kita rasakan.

Aku mohon maaf atas kelancanganku.
Aku bahagia saat ini.
Aku rasa aku akan perlahan mundur.
Takkan kuceritakan lagi hal yang membuatmu merasa tidak nyaman.
Bukan karena aku tak mau, tapi aku ingin kita baik-baik saja.
Maafkan aku.


PS : My Dearest Deepest Relationship
I always love you.
Even we're in uncomfortable situation



Rabu, 20 April 2016

Teruntuk Kamu



Semua kebiasaan dan hal bodoh itu perlahan-lahan mulai memiliki batas.
Kata-kata yang dulu sangat mudah aku lontarkan kepadamu, gelak tawa yang aku bagi bersamamu dan kelakuan bodoh yang aku lakukan di depanmu, kini mulai terasa hambar.

Kamu tahu? Dulu kamu begitu manis.

Marahlah padaku. Itulah kalimat pertama yang aku katakan kepadamu saat itu. 
Hujanilah aku dengan amarahmu. 
Aku ingin mendengar itu. 
Aku ingin kamu mengatakan apa yang kamu rasakan padaku.
Bila perlu tampar saja aku.

Pura-pura itu terlalu menyedihkan.


Aku merindu.

Tawa renyahmu.

Ceritamu.

Belamu.

Setujumu.

Larangmu.

Tangismu.


Mengapa kini kamu semakin sulit aku jangkau?

Rabu, 09 Maret 2016

A L O I





Keenan.


Is that you?

My laughter is getting louder and louder.

My anger and tears is fading.


Honesty and trust, I gave it to you.


Don't you know, 

My whole schedules is getting upside down.

And it's too early to call these as love. 

but, there is no word can't describe it,
except love.


I think I found you.




Kamis, 25 Februari 2016

UNTITLE













Saat kamu bekerja hanya berorientasi ke uang. Maka kamu tidak akan pernah puas dengan apa yang kamu terima. Tak usah kamu mengeluh, kerjakan, selesaikan.


Yang Bisa Aku Lakukan Adalah...........

Saat satu langkah kakiku, aku pijakkan di depan pintu rumahku. Saat itulah, aku merasa semua sorotan dan cibiran datang ke padaku. Satu persatu mulut dan mata mereka tidak bisa aku tutupi dengan kedua tanganku. Tanganku hanya mampu menutup kedua telingku. 

Tidak, tidak perlu aku tutupi.

Akan ku ajak mereka mentertawai cibiran mereka tentangku.

Aku sadari setiap orang memiliki karakter dan fungsi mereka masing-masing. Satu orang bisa menjadi trouble maker  kepada orang lain yang bahkan tidak tahu permasalahnnya. Satu orang pun bis menjadi victim dari trouble maker tersebut. Satu orang lain akan terhasut dengan trouble maker, satu orang lain bisa menjadi menengah trouble maker dengan victim. Ada pula orang yang hanya melihat bagaimana permasalahan itu berlangsung. Dan ada pula orang yang benar-benar peduli dengan apa yang terjadi.


Mereka punya fungsi mereka masing-masing, dan aku tidak menampiknya. 

Karna itu aku akan mentertawakan mereka yang mentertawakanku. 

Minggu, 14 Februari 2016

L U K A

Dengan langkah gontai, aku mengetuk pintu rumahku. Hingga ketukan ketiga tiada tanda-tanda seseorang datang untuk membukakan pintu. Akhirnya aku berteriak memanggil ibuku atau siapapun yang sekarang ada di dalam sana.

"Ibu....... Bu........" teriakku dengan suara melengking memekakkan telinga.

Terdengar suara langkah kaki sedikit berlari membukakan pintu untukku.
 
Dengan sedikit kesal aku bertanya kepada ibuku "Kemana saja sih bu? Aku udah lama nunggu di luar.

"Ibu lagi setrika baju kamu, Bapak, sama adek-adek kamu. Sewot banget sih putri ibu yang paling cantik setelah ibu." jawab ibuku.

"Capek bu, Jakarta ke sini kan jauh." jawabku melembut sambil menyalami tangan ibuku.

Setelah memasuki rumah yang sudah aku tinggal hampir enam bulan ini, Bapak dan Adik-adikku keluar dari kamar mereka masing-masing menyambut diriku. Tanpa pikir panjang langsung aku salami pula tangan Bapakku dan memeluk kedua adik ku. Rasa rinduku kepada adik-adikku sudah tak terbendung lagi.

"Kok lama sih kak sampenya?" Kini Bapakku mulai bertanya mengintrogasiku.

"Iya pak, tadi Pesawatnya delay terus nunggu bagasinya juga lama." jawabku lugas.

"Oh gitu, ya sudah makan sana, Ibu udah masak makanan kesukaan kamu." balas ibuku yang juga penasaran dengan keterlambatanku.

Usai melahap abis makanan yang ibuku sediakan khusus buatku. Aku langsung menuju kamarku.
Kuhempaskan tubuhku di atas kasur dan memeluk guling kesayangan yang bentuknya sudah tak karuan.

Pikiranku berputar-putar memikirkan apa yang aku dengar kemarin sebelum kepulanganku ke kampung halaman. Tak biasanya aku memikirkan hal seperti ini, benar-benar tidak memberikan manfaat yang berarti buatku. Tetapi tetap saja pikiran itu tak mau lenyap dari isi otakku.

Bosan dengan pikiranku yang tiada berhenti membuat kepalaku berdenyut dengan tempo musik country ballad. Aku berjalan menuju cermin kamarku yang ukurannya cukup untuk memantulkan diriku dari kepala hingga kaki.

Tak ada yang aneh dari diriku. Semua bentuk tubuhku lengkap dan tidak bermasalah sedikitpun.

Hanya saja, mengapa orang-orang di luar sana berbisik membicarakan aku di belakang sana. Apa yang salah?.

Bahkan orang yang dulunya adalah teman baikku pergi menjauh dariku. 

Kemarin tak sengaja aku dengar percakapan teman-teman kuliahku. Saat itu aku sedang berdiri di kantin menunggu antrian untuk memesan makan siangku hari itu. Tiba-tiba dua orang teman kuliahku duduk di bangku kantin yang disediakan jika kita ingin makan siang di sana.

Terdengar namaku disebut oleh salah seorang dari mereka. Tak kuasa aku menguping pembicaraan mereka. Ya, mereka benar-benar membicarakan aku.

"Kok bisa sih dia, sok kecantikan banget. Kan aku udah bilang ke Billy kalo dia tu suka ngadu ke dosen, terus ngerayu tu dosen juga. Sering jalan keluar sama dosen-dosen muda. Masih aja si Billy mau deket-deket sama dia." Shopie menanggapi ucapan dari Lydia.

"Ya tau sendirilah. Bertha kan suka pencitraan. Kemana-mana tebar pesona. Kaya pecun di Blok M." jawab Lydia.

Terkejut mendengar pembicaran mereka aku buru-buru pergi meninggalkan kantin. Dan aku juga terkejut mendapati mereka berdua ada di Kampus. Mereka berkata kepadaku tidak datang ke Kampus dikarnakan sudah tidak ada lagi mata kuliah dan UAS yang harus di jalani dan mereka akan mereka akan pergi berlibur bersama. Karna aku berencana pulang ke kampung halaman esok harinya.

Mereka teman baikku, tapi mengapa?

Entah sudah berapa lama aku berdiri di depan kaca, kakiku sudah terasa pegal. Akhirnya aku putuskan untuk beristirahat menginggat perjalananku yang melelahkan hari ini. Kepalaku sudah meminta berhenti untuk berpikir.

---

Esoknya ibuku memintaku untuk membantunya memasak. Karna kami sekeluarga terbiasa untuk sarapan pagi. Pagi ini ibuku memintaku untuk mengupas kulit kentang, yang nantinya mau disulap menjadi sambal kentang goreng oleh ibuku.

Bila dipertemukan, aku dan ibuku adalah partner yang sangat cocok. Seringkali kami tertawa terpingkal-pingkal hingga membangunkan kedua adikku yang masih terlelap. Kami hanya menceritakan apa saja yang bisa kami ceritakan, saling mengejek dan terkadang aku sering memeluk ibuku sambil memegang sendok penggorengan yang minyaknya menetes-netes ke lantai dapur. Dan kami tertawa.

Hingga tiba saatnya sarapan, semua berkumpul menikmati menu hari ini yang sungguh menggugah selera makan kami pagi ini. Begitu lahap menikmati masakan ibuku, ruang makan nyaris tak terdengar suara hanya suara sendok beradu dengan piring kaca.

Selepas sarapan aku mengangkat semua piring dan bermaksud mencucinya. Aku tuangkan sabun cair di busa pencuci piring, dan mencelupkannya di dalam wadah berisi sedikit air. 

Perih. Ujung jariku terasa perih. Langsung aku angkat tangaku dari wadah pencuci piring itu. Kulihat jari ku, ternyata ada luka tergores yang lumayan banyak di jariku dan noda cokelat bekas aku mengupas kulit kentang. 

Teringat pula luka yang digoreskan oleh temanku di hatiku. Tak terasa sama sekali mereka sedang menorehkan luka berkali kali di hatiku, tertutup oleh gelak tawa kebohongan. Sekarang luka itu perih, serupa dengan ujung jariku. 

PS : Cerita ini merupakan fiktif belaka, mohon maaf apabila terdapat kesamaan nama :)

Jumat, 12 Februari 2016

R A H A S I A

Di luar sana aku mendengar orang-orang menertawakanku.

Seringkali lisanku tidak berkata jujur. Pikiranku yang semberawut mempengaruhi olah kataku sehingga menghasilkan kalimat yang tidak sesuai dengan apa yang benar-benar sedang terjadi. Dan timbulah persepsi-persepsi tentang diriku yang disalah artikan oleh orang banyak.

Aku bukan seperti yang imajinasimu katakan. Imajinasi yang kamu bentuk sudah terpengaruh oleh bumbu "manis" pertemanan.

Masalahnya terbesar dari imajinasimu adalah kamu tidak benar-benar mencari tahu. Kamu hanya ingin menerima dan mengakui apa yang kamu yakini.

Memahami diri sendiri sangatlah susah. Butuh bertahun-tahun bagiku untuk mengenali diriku sendiri. Aku bahkan membuat daftar apa yang aku ketahui tentang diriku. Dan pada saat orang lain mengahkimiku, aku bisa mentertawakan mereka dan menyiratkan senyum manis di wajahku.

 Mengapa kamu tak mencoba mengenali dan memahami dirimu sendiri?

Dari ujung jari kaki sampai ujung ramput aku sangat mengenal diriku. Bagaimana caraku bertindak, bagaimana caraku berpikir, bagaimana caraku menata hidupku. Begitu pula bagaimana aku harus membatasi apa yang aku bisa sampaikan dan tidak bisa aku sampaikan.

Aku memiliki rahasia yang orang lain belum pernah tahu. Rahasia yang tidak pernah aku tutupi hanya tidak terlihat oleh kasat mata. Mengapa aku mengatakan bahwa ini rahasia?
Karna belum ada seorang pun yang mengetahui tentang rahasia ini

Aku adalah pribadi yang bisa membingungkan baik keluarga maupun temanku. Tak satupun dari mereka tau siapa aku sebenarnya. Asumsi mereka terhadapku sangatlah berbeda-beda. Tapi ini bukanlah rahasia. Rahasia sebenarnya akan kamu temukan saat kau benar-benar mencari tau siapa aku. Ada perjalanan panjang yang harus aku lalui hingga akhirnya aku bisa sampai pada tahap ini. Proses yang aku lalui banyak mengajarkanku arti kehidupan.


Jika kamu mengetahui rahasia ini, aku rasa senyum akan tersungging indah di wajahmu. 



DIA

Sudah setahun terkahir ini, aku merasakan seseorang hidup di tubuhku. Entah siapa dia.
Tetapi dia sangat menyita pikiranku. Dia begitu hidup, hingga aku sulit membedakan antara aku dengan dia.

Begitu banyak keputusan yang seharusnya aku putuskan sendiri, harus aku limpahkan ke ibuku. Dia seolah menentang semua keputusanku, selalu membingungkan dengan argumen-argumennya yang menyudutkanku. Semua hal yang dia lakukan membuatku gila.

Dia secara perlahan lahan mungkin akan melahapku hidup-hidup dan menyisakan kerangka tubuhku sehingga bisa dia gunakan, dan berpura-pura menjadi diriku. Menipu keluarga dan temanku.

Siapa dia? seperti apa dia? apa yang dia inginkan? Sampai kapan?

Dari seluruh pertanyaan yang ingin aku lontarkan, ada satu tanda tanya besar yang benar-benar bergolak di pikiranku. 

Mengapa?

Iya mengapa? Mengapa dia bisa hidup bersamaku. Mengapa?

Hidupku sudah terasa begitu berat semenjak dia ada. 

Sekarang, orang lain mungkin sudah menganggapku benar-benar gila.

Apa yang harus aku lakukan agar dia meninggalkan diriku. Aku tidak mau menjadi dia.

"Pergilah. Enyahlah dari pikiran serta tubuhku." aku berteriak memaki dia.

"Kau lupa? aku sudah membuatmu menjadi seperti ini. Orang-orang yang dulu menginjak-injakmu sekarang tunduk kepadamu. Dan kau masih menginginkan aku untuk pergi?" dia balas memakiku.

"Aku ingin menjadi diriku. Biarlah aku tak sekuat sekarang. Aku ingin diriku kembali utuh. Benar-benar utuh." jawabku memohon. Air mataku berlinang membasahi pipiku.

"Mengapa kau begitu keras kepala? Ingatlah kau dulu memanggilku meminta pertolongan. Sekarang kau memintaku pergi? Sunggu permintaan yang gila." 

Aku tersentak mendengar jawaban itu. 

PS : Ambo tau kau ndak gelak.